Potensi Agroindustri Itik Pedaging
Produsen induk ayam ras utama (grand-grandparent stock), adalah AS.
Tetapi rakyat AS juga mengonsumsi daging itik peking, dan kalkun.
Agroindustri itik peking pedaging, tersentralisir di Long Island, New
York. Selain AS, konsumen daging itik utama adalah RRC dan Uni Eropa.
Agroindustri ayam pedaging (broiller), harus melalui tahapan menyeleksi
beberapa induk galur murni. Induk-induk galur murni ini
disilang-silangkan, hingga menghasilkan grand-grandparent stock (ayam
buyut). Ayam buyut ini, akan menghasilkan keturunan grandparent stock
(ayam nenek). Dari ayam nenek, dihasilkan parent stock (ayam induk),
yang menghasilkan keturunan final stock. Final stock inilah yang
dipelihara untuk dipotong sebagai ayam pedaging. Titik optimal
pertumbuhan ayam pedaging, terjadi pada generasi final stock.
Kalau final stock dikembangbiakkan, hasilnya akan kembali ke parent
stock, grandparent stock, grand-grandparent stock, atau ke ayam galur
murninya. Hingga produktivitasnya akan terus menurun. Peternak ayam
pedaging, mutlak harus selalu membeli benih berupa Day Old Chick (DOC =
anak ayam umur sehari), dari breeder. Breeder DOC, harus selalu membeli
parent stock, dari breeder yang lebih besar. Dan breeder penghasil
parent stock, harus selalu mengimpor grandparent stock dari AS. Breeder
penghasil grandparent stock, juga harus membeli grand-grandparent stock
dari pemulia (pemegang hak Intelectual Property Right), ayam ras
tersebut.
Hal ini tidak pernah terjadi pada peternakan itik pedaging. Peternak
itik pedaging, bisa memroduksi Day Old Duck (DOD = anak itik umur
sehari), dari induk yang mereka seleksi sendiri, dari farm mereka
sendiri. Hingga tidak ada lagi ketergantungan dari perusahan multi
nasional. Devisa bisa dihemat, dan uang untuk membeli DOD hanya berputar
di lingkungan perusahaan sendiri. Pada tahun 1990an, daging itik baru
disukai konsumen Kalimantan Selatan/Timur, serta Jawa Timur. Sekarang
makan daging itik, baik itik goreng, maupun itik panggang, sudah menjadi
trend di Jakarta, dan kota-kota besar lain di Indonesia.
Itik piaraan, terdiri dari empat kategori. Paling kecil kategori bantam :
Itik Call, Itik Hindia Barat (Kepulauan Karibia), Itik Malard, dan Itik
Australian Spotted. Kedua, kategori kelas ringan : Itik Lightweigh,
Itik Bali, Itik Indian Runner (termasuk itik karawang, tegal, magelang,
dan mojosari), Itik Alabio (silangan Indian Runner dengan Peking), Itik
Khaki Campbell, Itik Welsh Harlequin, dan Itik Magpie. Ketiga, kategori
kelas sedang : Itik Ancona, Itik Cayuga, Itik Crested, Itik Buff
Orpington, Itik Blue Swedish, Itik Pink German. Keempat kategori kelas
berat : Itik Appleyard, Itik Aylesbury, Itik Muscovy (entog, itik
manila), Itik Peking, Itik Rouen, Itik Saxony, Itik Gressingham
(silangan itik Mallard liar dengan Itik Peking).
Yang paling potensial untuk dikembangkan sebagai itik pedaging adalah
kategori kelas sedang, dan berat. Kategori kelas ringan dan bantam,
hanya cocok dibudidayakan sebagai itik petelur. Meskipun di Indonesia,
pengkategorian seperti itu menjadi tidak berlaku. Standar ayam potong
internasional adalah bobot 1,5 dan 2 kg. Di Indonesia, bobot itu
melorot menjadi 1,5 kg (untuk restoran fast food), dan 1 kg, bahkan 1,8
kg untuk dijual ke pasar tradisional. Jangankan ayam, burung puyuh
jantan pun juga laris manis sebagai unggas pedaging. Karenanya, itik
tipe bantam dan ringan pun, terutama jantan dan afkirnya, juga
berpotensi dikembangkan sebagai unggas pedaging.
Selain itik karawang, tegal, mojosari, bali, dan alabio, di Indonesia
sebenarnya masih ada itik magelang. Beda itik magelang dengan indian
runner lainnya adalah, ukurannya, termasuk ukuran telurnya yang paling
besar. Posisi berdiri itik magelang, juga itik alabio, juga lebih
condong ke depan, tidak setegak itik indian runner lainnya. Warna itik
magelang juga lebih gelap, warna telurnya lebih biru, agak kehijauan.
Telur itik magelang paling disukai pedagang martabak. Ciri khas itik
magelang adalah, adanya "kalung" (warna bulu yang lebih gelap) pada
lehernya, hingga disebut itik kalung. Itik magelang merupakan tipe
petelur, namun juga paling cocok dikembangkan sebagai itik pedaging.
Itik petelur yang juga berpotensi dikembangkan sebagai itik pedaging,
disebut sebagai kategori dwiguna. Sedangkan indian runner, disebut itik
petelur, dan itik peking, serta entok disebut sebagai itik pedaging. Ada
dua macam entog, atau itik manila. Pertama Cairina moschata, atau
Muscovy Duck, yang berasal dari Amerika Tropis. Hasil domestifikasi
Muscovy Duck, disebut Barbary Duck. Karena masuk ke Indonesia dari
Filipina, itik ini disebut itik manila. Kedua entog White-winged Wood
Duck, (Cairina scutulata), yang berukuran lebih kecil dibanding Barbary
Duck. Itik manila White-winged Wood Duck, hasil domestifikasi itik liar
asli Indonesia, yang juga terdapat di India Selatan, Banglades, dan Asia
Tenggara, kecuali Filipina.
Saat ini, itik White-winged Wood liar masih bisa dijumpai di Taman
Nasional Way Kambas di pulau Sumatera. Hingga sebenarnya, Indonesia
punya potensi luarbiasa sebagai penghasil itik pedaging. Selama ini pun,
itik jantan dari sentra peternakan itik di Brebes, Tegal, Mojosari, dan
Alabio (Kalsel), sudah digemukkan dan masuk ke Jakarta. Di metropolitan
ini, itik jantan yang digemukkan antara 1 minggu sampai 1 bulan ini
dijual di ujung-ujung gang sebagai belibis atau burung goreng. Kalau si
penjual ditanya, mereka akan menjawab, bahwa belibis itu diternak di
Karawang. Padahal yang benar, yang mereka jajakan itik jantan yang telah
digemukkan.
Dewasa ini juga mulai berkembang itik pedaging silangan antara itik
manila betina Cairina moschata atau Cairina scutulata, dengan itik
indian runner (itik petelur), terutama itik magelang. Silangan betina
Cairina moschata dan jantan itik magelang, menghasilkan itik pedaging
yang pertumbuhannya sangat pesat. Itik silangan ini mandul, hingga
jantan maupun betinanya, semua akan digemukkan sebagai itik pedaging.
Masyarakat menyebut itik pedaging hibrida ini sebagai tiktog (itik dan
entog), atau itik serati. Dengan pengembangan itik pedaging tiktog,
sebenarnya produksi unggas pedaging kita tidak akan terlalu tergantung
pada grand-grandparent stock dari AS.
SUMBER KLIPPING: Foragri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar